Motif Kain Manggarai Flores Barat - Nusa Tenggara Timur. Indonesia

Arti dan makna dari selembar kain songke manggarai
Oleh: Dus Flores Frankfurt.

SONGKE MANGGARAI
Sarung dari Manggarai yang lazim disebut songke mengandung banyak makna dari motif-motif yang ada seperti: Motif Bunga, dalam bahasa manggarai wela kawong, bermkana interpendensi antara manusia dengan alam di sekitarnya. 

Motif Ranggang atau Laba-laba bersimbol kejujuran dan kerja keras, dan menegaskan ketertautan antara rumah dan kebun/ Gendang one agu lingko pe'ang. Struktur atap rumah menyerupai jaring Laba-laba, demikianpun pembagian tanah untuk perkebunan juga menyerupai sarang Laba-laba. 

Simbol ini memberi makna bahwa orang manggarai selalu menjaga kesatuan antara rumah tempat berteduh dengan kebun/ladang/sawah tempat mendapatkan nafkah.

Hal ini juga mengedepankan peran perhitungan (matematis) nenek moyang orang manggarai yang sudah berkembang sejak zaman dahulu kala. Motif Ju,i garis-garis batas pertanda berakhiran segala sesuatu, yaitu segala sesuatu ada akhirnya, ada batasnya. 

Motif Ntala (Bintang) terkait dengan harapan yang sering dikumandangkan dalam tudak, doa porong langkas haeng ntala, supaya senantiasa tinggi sampai bintang. Motif Wela Runu/Bunga Runu, melambangkan sikap atau ethos bahwa orang manggarai bagaikan bunga kecil, tapi memberikan keindahan dan hidup di tengah-tengah kefanaan ini.

Proses pembuatan selembar kain songke yang seperti di atas membutuhkan waktu 6 - 7 bulan, karena membutuhkan sinar matahari yang panas untuk mengeringkan warna yang aseli/ natural colour yang direndam selama seminggu di dalam periuk tanah yang telah tersedia warnanya. kadang tergantung dari benang dan warnanya, jika benang dari toko/Pabrik direndam kedalam warna wantex atau chemical colour mungkin hanya satu malam dan jika benang aseli dari kapas hasil pintalan lalu direndam kedalam warna ramuan tradisional membutuhkan waktu seminggu sampai warnanya benar-benar meresap dan menyatu.

Jadi tidak heran jika penduduk kampung menjual selembar kain songke yang aseli dari benang kapas dengan harga 3 - 5 juta rupiah, sementara kain songke yang terbuat dari warna wantex harganya Rp.700 - 950 dan ini banyak kita jumpa di pasar-pasar lokal di Manggarai Barat dan kadang para penjual datang ke rumah-rumah penduduk, hotel dan losmen untuk menawarkan kain songke kepada tamu.


Acara penyambutan pejabat tinggi Negara.
Saat ini sudah jarang sekali kita menemukan kain songke dari benang kapas, karena kapas juga sudah menjadi barang termahal di Manggarai, jadi jika kita ingin mendapatkan kain songke yang aseli dengan motif seperti di atas, kita harus memesannya langsung ke pengrajin di kampung-kampung yang lagi aktif menenun, dan ada kemungkinan harganya berbeda, bisa lebih mahal atau lebih murah tergantung negosiasi.


Penduduk aseli pulau Flores yang mendiami wilayah Manggarai Flores Barat selalu mengenakan kain songke setiap hari, baik dalam upacara adat maupun upacara kenegaraan, dalam bentuk jas, topi dan rompi. Keseragaman ini akan terlihat jelas jika ada acara tari caci atau tandak dan penyambutan para pejabat tinggi negara. 

Tulisan ini terinspirasi dari komentar iseng pada sebuah foto bergambar kain ikat tenun manggarai di media facebook oleh seorang dosen asal Manggarai Timur yang saat ini mengajar di salah satu Universitas ternama di Polandia "Ibu Docia Stelmachowska" ( Dus Fotografer2731ps)