Selamat datang ke pulau Sumba - Nusa Tenggara Timur. Indonesia

Oleh: Dus Fotografer
Pulau Sumba, banyak menyimpan sejarah adat budaya, beragam suku dan agama. Banyak perkampungan tua dengan rumah tradisional yang beratap rumput ilalang, dan mereka sangat setia merawat dan menjaga keaseliannya.

Ada beberapa kampung belum memiliki penerangan, masyarakat masih menggunakan lampu pelita dari minyak tanah, bila kita mengunjungi pada malam hari kampung-kampung itu sangat gelap, namun semua ini sangat menarik perhatian bagi wisatawan untuk berkunjung.

Acara Adat dilaksanakan hampir setiap bulan, mulai dari adat pembuatan rumah baru, perkawinan, penguburan, wula podhu, pasola dan acara adat lainnya. Masyarakat pada umumnya sangat ramah, suka memberi atau menyapa dengan senyuman manis dari hati yang tulus ikhlas. Tamu yang berkunjung tidak merasa puas bila hanya sekali berkunjung, karena mereka selalu terhibur dengan berbagai kegiatan dan acara adat.

Di setiap kampung kita akan menjumpai para ibu lagi melakukan tenun kain ikat secara traditional dengan corak warnanya bermacam-macam. Seperti di Sumba timur memiliki corak warna kain ikatnya berbeda dengan yang di Sumba barat, begitupun proses awal dari pembuatannya sungguh jauh berbeda, perbedaan itu kita dapat melihatnya langsung dari motif kain yang ada.

Sumba memiliki banyak motif kain dan setiap gambar pada kain mempunyai arti atau nilai dari kehidupan orang Sumba sehari-hari. Motif atau gambar pada kain selalu berhubungan dengan makhluk hidup di sekitar seperti; Kuda, Udang, Kepiting, Buaya, Ular, Gekko atau Cicak, Bunga dan lain sebagainya. Jangan heran kalau mereka menjual selembar kain Sumba dengan harga Lima juta rupiah, karena proses pembuatan selembar kain ikat yang natural colour membutuhkan waktu yang cukup lama.(5-6 bulan )

Bila ada acara adat selalu welcome untuk semua orang walaupun kita tidak diundang atau tuan pestanya belum kita kenal, namun mereka sangat bahagia dan menghargai kehadiran kita disaat ada acara tersebut. Orang-orang yang mengikuti pesta adat hampir semuanya mengenakan pakaian adat Sumba di sana akan menambah gairah kita untuk mengenal mereka lebih jauh.

Keindahan alamnya sangat memperngaruhi kita untuk datang kembali dan hati kita akan selalu menyatu dengan keramahan penduduk setempat, setiap langkah kita selalu saja terhibur dangan pemandangan yang berbeda dan unik, begitupun letak perkampungannya, ada yang di atas puncak gunung, bukit dan lembah.


Di setiap kampung adat memiliki cerita tersendiri dari sejarah kegiatan nenek moyangnya yang berbeda pula, ada yang keturunan Raja dan ada juga keturunan Hamba. walaupun cerita keturunan nenek moyang yang berbeda tidak menjadi suatu penghalang buat mereka dalam hal menyambut kedatangan tamu kekampungnya, dalam arti pergaulan antara kita dengan mereka sama, hanya pergaulan sesama mereka masih menjaga jarak atau saling menghargai bila bertemu dengan seseorang yang keturunannya bangsawan atau raja.

Penyambutan tamu di setiap kampung biasanya kita disuguhkan dengan Sirih-pinang atau tabak ( Tembakau ) bila tidak biasa mengunya sirih-pinang tidak perlu mencobanya, kita cukup merabanya atau menggenggam di tangan sebagai tanda penghargaan kita terhadap mereka, kebiasaan mereka sehari-hari bila mengunjungi kampung tetangga selalu membawa sirih-pinang atau tabak.

Setiap kampung memiliki satu rumah besar atau rumah dari seorang ketua adat yang menjaga keamanan kampung, dan di rumah itulah sebagai pusat acara adat dari kampung tersebut. Di setiap kampung sudah memiliki buku tamu ( Guest Book) Kita mendaftarkan diri lalu memberikan uang sesuai ketentuan yang ada di dalam buku tamu tersebut dan bila tidak memberi uangpun tidak menjadi masalah. Kegunaan dari uang tersebut untuk membeli sesuatu yang dibutuhkan oleh orang-orang di kampung bila ada acara ritual atau acara adat lainnya.


Hampir semua kampung di pulau sumba bebas untuk kita mengunjunginya namun tidak semua rumah dan batu kubur bebas untuk kita memotertnya, ada beberapa rumah adat dan batu kubur yang tidak boleh kita photo atau mengambil gambar, karena rumah atau batu kubur tersebut dianggap sangat sakral atau keramat oleh mereka.

Singkatnya walaupun kita sudah diterima dengan baik oleh penduduk kampung, kita tidak boleh berbuat sesuka hati harus mendahului tanya "boleh atau tidak"? Begitupun disaat kita berjalan mengelilingi kampung tidak boleh duduk atau menginjak batu kubur yang ada, apalagi sampai naik di atasnya"sangat tidak diperbolehkan"!!.
Semua foto yang ada disini karyanya "Dani Landjamara" Local Tour Guide di Sumba.