Sekedar berbagi cerita
Oleh: Dus Fotografer
Kapal pencari Cumi-cumi di Labuan bajo namanya „Bagan”, Sebagai nelayan pencari ikan Cumi-cumi kerjanya pada malam hari selama 14 hari, Dan sebagai pekerja malam di atas perahu nelayan membutuhkan energi yang kuat karena kerjanya sepanjang malam dan juga Jaring atau alat penangkapannya sangat berat sekitar 75kg-150kg jika diputar naik ke permukaan atau ke badan kapal.
Apa saja yang dilakukan di atas bagan? Pada sore hari tepatnya Jam 4 sore, Anak buah kapal bersama Juragannya sibuk mempersiapkan peralatan seperti membersihkan lampu gas, menggatikan kaos lampu, chek pentil, kasih minyak tanah sampai menyalakan lampu-lampu pada hari sudah mulai gelap. Lampu yang dibutuhkan tergantung dari besarnya kapal, ada yang 8 buah lampu dan ada juga yang 16 buah lampu.
Lampu-lampu itu digantung di bagian depan dari badan kapal, 4 buah lampu di bagian kanan dan 4 lainnya di bagian kiri, setelah semua lampu dipajang, Anak buah kapal boleh menikmati makan malam dan setelah makan malam aktifitas segera dimulai dengan penurunan jaring ketika ikan kecil dan beberapa ekor cumi-cumi sudah ada bermain di bawah sinar cahaya lampu, Jaring diturunkan dengan kedalamannya 20-50 Meter ke dasar laut.
Lalu menunggu satu atau dua jam sampai cumi-cumi itu muncul satu persatu ke permukaan kapal/ bagan yang dalam keadaan hanyut dengan menggantungkan jangkar sedalam 10 meter agar hanyutnya perlahan dan tidak terbawa arus laut. Kadang hujan dan angin adalah penghalang yang terbesar untuk penangkapan cumi-cumi.
Jika cumi-cuminya sudah banyak bermain di bawah cahaya lampu, tunggu komando dari juragan untuk mengangkat lampu satu persatu pindah ke bagian tengah dari badan bagan, dan lampu yang lain masukan kedalam palka ( ruangan yang ada di badan bagan agar cahayanya tidak terlalu terang).
Berawal dari empat lampu yang digantung di tengah dari badan bagan, lalu satu persatu dikurangi sampai terakhir satu lampu dengan cahaya yang remang-remang agar cumi-cuminya berkumpul dalam satu tempat, lalu perlahan-lahan jaring diputar sampai merapat ke badan kapal, usahakan tidak mengeluarkan bunyi-bunyian yang keras agar cumi-cumi tetap bermain di bawah cahaya lampu tepat di dalam jaring yang kita pasang.
Setelah jaring merapat ke badan kapal, rentangan tali yang melingkar di badan jaring segera ditarik perlahan (Tali ini direntang setelah jaring diturunkan dan tidak boleh melupakannya), sampai cumi-cumi dan ikan bersatu untuk mempermudahkan kita mengangkatnya dengan bundel/jaring yang kecil khusus untuk mengambil cumi-cumi dari dalam jaring yang besar ke atas kapal pada tempat yang telah disediakan ( keranjang )yang terbuat dari rotan.
Jika cumi-cumi dan ikan sudah diangkat atau diambil semua dari dalam jaring, tali yang melingkar tadi dilepaskan agar jaring kembali pada posisi semula, lalu turunkan lagi jaringnya ke dasar laut dan tali yang dilepas segera melingkarnya kembali di badan bagan. Begitupun dengan lampu-lampu, diangkat kembali dan pasang pada bagian depan dengan cahaya yang terang sambil menunggu giliran yang berikutnya.
Jika masih ada cumi-cumi yang bermain di bawah cahaya lampu, lakukan lagi hal yang sama seperti di atas, begitu seterusnya sampai malam menjelang pagi. Cumi-cumi yang sudah ditangkap dimasukan ke dalam bak atau drum penyimpanan, dicampur dengan garam secukupnya agar tetap awet pada saat penjualannya.
Pekerjaan penagkapan ikan cumi-cumi adalah pekerjaan yang menguras tenaga terutama pada malam hari, sehingga pada siang harinya setelah sarapan pagi semua letih dan tidur sampai jam empat sore, lalu lakukan lagi aktifitas yang sama selama 14 hari di perairan pulau Komodo yang sekarang sudah dilarang pencarian ikan maupun cumi-cumi di wilayah Taman Nasional Komodo demi menjaga ekosistim di laut
Artinya wilayah operasional para nelayan semakin sempit dan harus pindah lokasi di luar dari areal taman nasional komodo, Mereka ke wilayah selatan dari pulau Flores dan wilayah bagian selatan dari pulau Sumbawa. Wilayah yang dilarang atau dijaga oleh petugas TNK yaitu: Wilayah di sekitar Pulau Kuning, pulau Padar, Loh Gonggi, Loh Kesambi, Pulau sebayur, pulau Papagaran, pulau Kusang, pulau Mesa, pulau Bidadari, pulau Kenawa dan Selat Molo.
Banyak pengalaman dan ilmu yang kita dapat dari rumah di atas laut, Kita jadi mengerti bagaimana cara untuk mengikat jaring atau jala, cara memasang lampu gas, cara jalan di atas sebatang kayu yang melintang di badan bagan, cara memancing ikan, cara membuka layar dan menggulungnya kembali, masih banyak cara-cara yang tidak dapat saya ceritakan satu per satu disini.
Penduduk pesisir pantai Taman Nasional Komodo, Seperti penghuni di pulau komodo, pulau Papagaran, pulau Mesa, pulau Kukusan, pulau Rinca, Wariloka dan Labuan bajo sebagian besar pendatang dari Bugis, Buton, Selayar, Bajo, atau umumnya dari Sulawesi Selatan, Mereka sangat ramah dan tidak suka ikut campur urusan pribumi. Selamat datang ke Labuan bajo tempat pariwisata Premium dan semoga liburannya menyenangkan.