Sekedar berbagi cerita
Oleh: Dus Fotografer
Mungkin akan sulit dibayangkan sebuah kampung yang ingin aku ceritakan ini, karena di zaman millenium masih ada sebuah tempat yang begitu "tertinggal"di sebuah negara berkembang yang bernama Indonesia, tapi biarlah aku coba menceritakannya walaupun dengan tulisan seperti lidah terbatas mengolah kata.
Selain berbagi cerita, yang penuh arti untukku pribadi, semoga juga bermanfaat untuk para pembaca yang ingin tahu tentang kampungku. Wokopau adalah nama sebuah kampung kecil di Nusa Tenggara Timur tepatnya di Manggarai Timur Flores. Kampung yang menyimpan berpuluhan kenangan keluguan masa kecil. Untuk mencapai ke kampung ini dapat melalui Labuan Bajo Flores Barat atau dari Maumere Flores Timur.
Penduduk di kampung ini hanya 70 orang dari 26 kepala keluarga dan semuanya petani sawah dan ladang kering. Penghasilan perbulannya rata-rata sepuluh ribu rupiah per orang ataupun per keluarga. PDAM belum ada sampai saat ini dan mungkin tidak pernah ada karena pemerintah tidak terlalu tertarik dengan kampung yang penghasilannya minim (maaf ini hanya asumsi saya pribadi).
Untuk kebutuhan air minum masyarakat masih mengkonsumsi air dari sungai Waepoang yang ada di kampungku, di sungai itu pula aku sering bermain-main dengan saudara dan sahabat-sahabat kecilku dulu. Ada mata air yang jernih di hulu sungai itu, tapi sayangnya kami mandi, bermain dan memandikan hewan juga di sungai yang sama. Bila musim kemarau tiba kadang sungaipun hingga kering dan kami harus berjalan sekitar 2 kilometer untuk sekedar mendapatkan air di sungai yang lain, bernama Waewaru.
Orang-orang di kampungku memakai alat penerang yang unik yaitu masih menggunakan alat tradisional dari kapas yang ditumbuk campur kemiri dan dibalutkan pada sebatang kayu yang ukurannya 30cm lalu dibakar, mirip obor olympiade ya? Hehe. Bagi yang ekonominya cukup bisa membeli sebuah lampu gas dan minyak tanah.
Tapi itu pun hanya ada beberapa keluarga saja yang mampu membeli lampu, karena minyak tanah juga menjadi barang yang mahal, PLN sudah ada, tapi karena penghasilan mereka sangat minim (Di bawah dari biaya listrik perbulan ) Jadi untuk sementara waktu belum disalurkan/dipasang ke rumah-rumah penduduk. Walau keaadaannya seperti itu, kami warga kampung tak pernah mengeluh menjalani hidup di kampung, sungguh jauh berbeda dengan kehidupan para pejabat pemerintah, sudah dapat gaji besar tapi masih menuntut untuk kenaikan gaji.
Sebelumnya kampung Wokopau ini masih termasuk kabupaten Manggarai, hanya karena ada perluasan wilayah atau pemekaran kabupaten, maka sekarang berubah nama menjadi kabupaten Manggarai Timur, dan desanya pun berubah dari Desa Tanah Rata, Kec. Borong ke Desa Kota Komba, Kec. Kota Komba.
Aku masih mempunyai tetangga kampung seperti : Waepoang, Wolomboro dan Wolobaga. Keempat kampung tersebut mengalami hal yang sama seperti di kampungku (PDAM ) belum ada. Sumber daya hidup masyarakatnya masih sangat terbelakang, kemiskinan terdampak jelas di kampung ini. Walaupun mereka begitu susah hidupnya tapi banyak menyimpan sejarah budaya di Manggarai Timur.
Kampung yang pusatnya atraksi tradisional seperti: Tari Caci, Tari Danding atau Tari Tandak- Tari Vera, Mbata "pemukulan tambur dan gong"serta pembuatan perlengkapan alat-alat dapur dari tanah dengan menggunakan peralatan yang sangat sederahana atau tradisional bahkan sampai saat ini kita masih bisa menyaksikan atraksi-atraksi budaya tersebut.( Dus Fotografer710p )Germany.
Oleh: Dus Fotografer
Mungkin akan sulit dibayangkan sebuah kampung yang ingin aku ceritakan ini, karena di zaman millenium masih ada sebuah tempat yang begitu "tertinggal"di sebuah negara berkembang yang bernama Indonesia, tapi biarlah aku coba menceritakannya walaupun dengan tulisan seperti lidah terbatas mengolah kata.
Selain berbagi cerita, yang penuh arti untukku pribadi, semoga juga bermanfaat untuk para pembaca yang ingin tahu tentang kampungku. Wokopau adalah nama sebuah kampung kecil di Nusa Tenggara Timur tepatnya di Manggarai Timur Flores. Kampung yang menyimpan berpuluhan kenangan keluguan masa kecil. Untuk mencapai ke kampung ini dapat melalui Labuan Bajo Flores Barat atau dari Maumere Flores Timur.
Penduduk di kampung ini hanya 70 orang dari 26 kepala keluarga dan semuanya petani sawah dan ladang kering. Penghasilan perbulannya rata-rata sepuluh ribu rupiah per orang ataupun per keluarga. PDAM belum ada sampai saat ini dan mungkin tidak pernah ada karena pemerintah tidak terlalu tertarik dengan kampung yang penghasilannya minim (maaf ini hanya asumsi saya pribadi).
Untuk kebutuhan air minum masyarakat masih mengkonsumsi air dari sungai Waepoang yang ada di kampungku, di sungai itu pula aku sering bermain-main dengan saudara dan sahabat-sahabat kecilku dulu. Ada mata air yang jernih di hulu sungai itu, tapi sayangnya kami mandi, bermain dan memandikan hewan juga di sungai yang sama. Bila musim kemarau tiba kadang sungaipun hingga kering dan kami harus berjalan sekitar 2 kilometer untuk sekedar mendapatkan air di sungai yang lain, bernama Waewaru.
Orang-orang di kampungku memakai alat penerang yang unik yaitu masih menggunakan alat tradisional dari kapas yang ditumbuk campur kemiri dan dibalutkan pada sebatang kayu yang ukurannya 30cm lalu dibakar, mirip obor olympiade ya? Hehe. Bagi yang ekonominya cukup bisa membeli sebuah lampu gas dan minyak tanah.
Tapi itu pun hanya ada beberapa keluarga saja yang mampu membeli lampu, karena minyak tanah juga menjadi barang yang mahal, PLN sudah ada, tapi karena penghasilan mereka sangat minim (Di bawah dari biaya listrik perbulan ) Jadi untuk sementara waktu belum disalurkan/dipasang ke rumah-rumah penduduk. Walau keaadaannya seperti itu, kami warga kampung tak pernah mengeluh menjalani hidup di kampung, sungguh jauh berbeda dengan kehidupan para pejabat pemerintah, sudah dapat gaji besar tapi masih menuntut untuk kenaikan gaji.
Sebelumnya kampung Wokopau ini masih termasuk kabupaten Manggarai, hanya karena ada perluasan wilayah atau pemekaran kabupaten, maka sekarang berubah nama menjadi kabupaten Manggarai Timur, dan desanya pun berubah dari Desa Tanah Rata, Kec. Borong ke Desa Kota Komba, Kec. Kota Komba.
Aku masih mempunyai tetangga kampung seperti : Waepoang, Wolomboro dan Wolobaga. Keempat kampung tersebut mengalami hal yang sama seperti di kampungku (PDAM ) belum ada. Sumber daya hidup masyarakatnya masih sangat terbelakang, kemiskinan terdampak jelas di kampung ini. Walaupun mereka begitu susah hidupnya tapi banyak menyimpan sejarah budaya di Manggarai Timur.
Kampung yang pusatnya atraksi tradisional seperti: Tari Caci, Tari Danding atau Tari Tandak- Tari Vera, Mbata "pemukulan tambur dan gong"serta pembuatan perlengkapan alat-alat dapur dari tanah dengan menggunakan peralatan yang sangat sederahana atau tradisional bahkan sampai saat ini kita masih bisa menyaksikan atraksi-atraksi budaya tersebut.( Dus Fotografer710p )Germany.