Indonesia di Museumuferfest 2019 yang diadakan setiap tahun oleh pemerintah kota Frankfurt. Kantor perwakilan Indonesia di Frankfurt am Main serta seluruh lapisan masyarakat Indonesia yang berada di lingkungan kerjanya turut berpartisipasi dalam acara promosi pariwisata Indonesia di luar negeri sekaligus melaksanakan pesta rakyat yang biasanya diadakan pada saat HUT kemerdekaan RI. ( SDM Unggul Indonesia maju, tema HUT RI yang ke- 74, yang pelaksananya di Wisma Konjen pada tanggal, 17 Agustus 2019 ).
Acara promosi pariwisata dan kebudayaan Indonesia menampilkan beragam tarian tradisional dari tanah air oleh masyarakat Indonesia yang berbakat menari. Tarian tradisional yang dipentaskan oleh mahasiswa - mahasiswi Indonesia pada acara Museumsuferfest tahun ini:
1.Tari Gambyong dari Solo, Jawa Tengah yang Penarinya: Etty, Naftha, Yuri dan Tania. 2.Tari Jaipongan Waledan dari Jawa Barat yang Penarinya: Meryl, Dety, Priska, Andrea dan Riany.
3.Tari Gitek Balen dari Betawi / Jakarta yang Penarinya: Hanna, Tina, Naftha dan Desna. 4.Tari menyebrang lautan (Moderne Interpretation). Penarinya: Aci, Priska, Meryl, Yuri, Jessi dan Putri. 5.Tari Piring dari Padang Sumatra Barat yang Penarinya: Etty, Andrea, Dety, Desna dan Tania.
6.Tari Enggang dari Dayak Kalimantan yang dibawakan oleh: Tina, Jessi, Hanna, Riany dan Priska. 7.Tari Mambri dari Papua yang penarinya: Andrea, Naftha, Dety, Desna, Aci dan Putri. 8. Adegan Kangen oleh: Aci dan Meryl. Dan masih banyak tari-tarian lainnya yang tidak sempat aku sebutkan satu persatu disini.
Show Batik yang diorganisir oleh Ibu Yanthi Airways Travel bersama teman-temannya memperagakan cara mengenakan Batik yang elegan, show Batik dari Doseldorf memperkenalkan jenis Batik dari setiap daerah di pulau Jawa kepada pengunjung yang sudah mempadati halaman Bazar Indonesia yang luasnya 700x10 Meter persegi di tepi sungai Main.
Vokal group lansia dengan suara emasnya dalam lantunan lagu injit-injit semut siapa sakit naik di atas yang dinyayikan bersama oleh seluruh pengunjung Indonesia. Angklung DWP Frankfurt turut menyumbang beberapa lagu dalam alunan musik Bambu yang nadanya super merdu didengar, alunan musik Gamelan dari kelompok Wancana Budaya menemani makan siang para penggemar kuliner.
Pada pesta rakyat di Musemsuferfest tahun 2019 ini dari Kjri Frankfurt menghadirkan group tari Bhayangkari dari Indonesia, yang mewakili promosi pariwisata dan kebudayaan dari beberapa propinsi di Indonesia. Mereka adalah Ibu-ibu Bhayangkari dari Sulawesi Selatan, dari Kalimantan Selatan, dari Papua dan dari Nusa Tenggara Timur.
Semuanya pandai menari, menyanyi dan memainkan alat-alat musik tradisional seperti alat musik Sasando yang dimainkan oleh kelompok Bhayangkari dari Nusa Tenggara Timur. Sasando adalah alat musik tradisional yang terbuat dari Bambu dan daun Lontar. Selain itu dari Papua memperagakan cara membuat tas tradisional (Noken) dari bahan baku yang mereka bawa dari Papua di Weltkultur Museum dan di stand informasi dari Kjri Frankfurt.
Tenda Indonesia meraih pengunjung terbanyak karena selain tari-tarian yang dipentaskan, panggung Indonesia menampilkan banyak lagu-lagu daerah yang tidak lazim didengar dengan penyanyi yang suaranya berkwalitas, seperti lagu-lagu daerah yang dibawakan oleh kelompok Bhayangkari dari Papua dan Nusa Tenggara Timur.
Tari ja,i dalam lirik lagu Maju 3 kali, goyang 3 kali, mundur 3 kali serta tari Maumere yang diiringi lagu Gemu fa mi re sangat menarik minat pengunjung untuk turut bergoyang ria, pengujung sangat terhibur karena dari beberapa peserta bhayangkari membagikan salendang motif kain tenun ikat dari beberapa daerah di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Papua ke setiap orang yang hadir untuk dibawa pulang dan dari pihak Kjri dibagikan baju kaos putih yang bertuliskan panggung gembira 2019.
Selain panggung hiburan ada juga Bazar kuliner yang menjual beragam jenis makanan dan minuman. Seperti tenda nikmat Ibu Eva yang menjual nasi rendang, Siomay vegans dan Ikan, aneka gorengan dan Es campur yang super enak, tenda Ibu Karin yang menjual bubur Kacang hijo yang sangat lezat, tenda Kafe Bali pak Bastian dari Saarland yang bumbu satenya paling enak sedunia.
Selain tenda yang menjajakan kulinaris citrarasa ada juga tenda promosi pariwisata Indonesia dari Kjri Frankfurt, Holydays Travel, tenda EB Batik dari ibu Ester Bolten, tenda radiance of the east dari ibu Endang H.Little, tenda manik-manik dari perak oleh pak Agust Sitorus, dan setiap pengunjung dibagikan brosur-brosur yang mempromosikan pariwisata di tanah air.
Pengunjung sangat tertarik dengan cara berpakaian para penari dari tanah air terutama dari Papua dan Nusa Tenggara Timur sehingga selalu dikejar-kejar tamu untuk melakukan foto bersama/Selfie. Pengunjung bukan hanya tertarik dengan pakaian adat yang dikenakan oleh peserta penari akan tetapi tertarik juga dengan beberapa peragaan yang unik seperti peragaan burung raksasa dari penari Kalimantan Selatan yang dimainkan oleh seorang pria perkasa yang dengan lincah gerakannya seperti elang yang sedang menerkam mangsanya dengan pekikan suara yang mengiang di telinga para pengunjung.
Peragaan Mode show dari kelompok Papua yang diiringi lagu Aku Papua, Diru-diru nina o, Yamko rambe dan masih banyak lagu-lagu yang judulnya tidak disebutkan satu persatu disini. Peragaan kain ikat dari Nusa Tenggara Timur yang diiringi dengan lagu Bo lele bo, Flobamora dan Indonesia tanah air beta.
Bapak Konsul Jenderal RI untuk Frankfurt, Toferry Primanda Soetikno mengucapkan terima kasih banyak kepada delegasi Bhayangkari Indonesia yang telah meluangkan waktunya untuk datang jauh-jauh dari tanah air ke Jerman, terutama saudara-saudari kita dari Papua, mereka menempuh 5 jam naik pesawat dari Papua ke Jakarta lalu di tambah 16 Jam dari Jakarta ke Frankfurt (Sungguh luar biasa) Kekompakan dari team bhayangkari ini menunjukan bagaimana dengan perbedaan menjadi suatu kekuatan.
Beliau juga berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Indonesia yang hadir dan yang sudah mendukung mensukseskan acara HUT RI Yang ke- 74 tahun 2019, rasa syukur dan kebanggaan bahwa masyarakat Indonesia di Frankfurt dan sekitarnya telah banyak melakukan hal-hal baik dan positive mendukung dengan sungguh-sungguh mengharumkan nama Indonesia di Jerman. Kerukunan dan kekompakan masyarakat Indonesia pada umumnya di Jerman dan sekitarnya sangat mencerminkan Bhineka Tunggal Ika.
Atas berkat kehebatan dalam hal mengorganisir dari Bapak Toferry Primanda Soetikno bersama keluarga besar Kjri serta warga Indonesia yang ada di Frankfurt dan sekitarnya, promosi pariwisata dan kebudayaan pada tanggal, 23 – 25 Agustus 2019, berjalan lancar dalam arti aman dan damai serta sukses menarik pengunjung. Pada saat yang sama dari negara lainpun turut mempromosikan negaranya masing-masing dengan menampilkan beberapa tarian daerah dan kulinaris atau makanan khas daerah.
Dengan acara ini, diharapkan angka kunjungan wisatawan asing dari Eropa ke tanah air terus meningkat. Sebagai pemandu wisata, kami selalu berharap agar kegiatan seperti ini terus dilakukan, karena dengan demikian tempat dan obyek wisata di Indonesia bisa dikunjungi oleh wisatawan asing pun dalam negeri yang bisa juga berpengaruh positif terhadap kehidupan ekonomi masyarakat.( Dus Fotografer )
Acara promosi pariwisata dan kebudayaan Indonesia menampilkan beragam tarian tradisional dari tanah air oleh masyarakat Indonesia yang berbakat menari. Tarian tradisional yang dipentaskan oleh mahasiswa - mahasiswi Indonesia pada acara Museumsuferfest tahun ini:
1.Tari Gambyong dari Solo, Jawa Tengah yang Penarinya: Etty, Naftha, Yuri dan Tania. 2.Tari Jaipongan Waledan dari Jawa Barat yang Penarinya: Meryl, Dety, Priska, Andrea dan Riany.
3.Tari Gitek Balen dari Betawi / Jakarta yang Penarinya: Hanna, Tina, Naftha dan Desna. 4.Tari menyebrang lautan (Moderne Interpretation). Penarinya: Aci, Priska, Meryl, Yuri, Jessi dan Putri. 5.Tari Piring dari Padang Sumatra Barat yang Penarinya: Etty, Andrea, Dety, Desna dan Tania.
6.Tari Enggang dari Dayak Kalimantan yang dibawakan oleh: Tina, Jessi, Hanna, Riany dan Priska. 7.Tari Mambri dari Papua yang penarinya: Andrea, Naftha, Dety, Desna, Aci dan Putri. 8. Adegan Kangen oleh: Aci dan Meryl. Dan masih banyak tari-tarian lainnya yang tidak sempat aku sebutkan satu persatu disini.
Show Batik yang diorganisir oleh Ibu Yanthi Airways Travel bersama teman-temannya memperagakan cara mengenakan Batik yang elegan, show Batik dari Doseldorf memperkenalkan jenis Batik dari setiap daerah di pulau Jawa kepada pengunjung yang sudah mempadati halaman Bazar Indonesia yang luasnya 700x10 Meter persegi di tepi sungai Main.
Vokal group lansia dengan suara emasnya dalam lantunan lagu injit-injit semut siapa sakit naik di atas yang dinyayikan bersama oleh seluruh pengunjung Indonesia. Angklung DWP Frankfurt turut menyumbang beberapa lagu dalam alunan musik Bambu yang nadanya super merdu didengar, alunan musik Gamelan dari kelompok Wancana Budaya menemani makan siang para penggemar kuliner.
Pada pesta rakyat di Musemsuferfest tahun 2019 ini dari Kjri Frankfurt menghadirkan group tari Bhayangkari dari Indonesia, yang mewakili promosi pariwisata dan kebudayaan dari beberapa propinsi di Indonesia. Mereka adalah Ibu-ibu Bhayangkari dari Sulawesi Selatan, dari Kalimantan Selatan, dari Papua dan dari Nusa Tenggara Timur.
Semuanya pandai menari, menyanyi dan memainkan alat-alat musik tradisional seperti alat musik Sasando yang dimainkan oleh kelompok Bhayangkari dari Nusa Tenggara Timur. Sasando adalah alat musik tradisional yang terbuat dari Bambu dan daun Lontar. Selain itu dari Papua memperagakan cara membuat tas tradisional (Noken) dari bahan baku yang mereka bawa dari Papua di Weltkultur Museum dan di stand informasi dari Kjri Frankfurt.
Rombongan Bhayangkari dari NTT |
Tari ja,i dalam lirik lagu Maju 3 kali, goyang 3 kali, mundur 3 kali serta tari Maumere yang diiringi lagu Gemu fa mi re sangat menarik minat pengunjung untuk turut bergoyang ria, pengujung sangat terhibur karena dari beberapa peserta bhayangkari membagikan salendang motif kain tenun ikat dari beberapa daerah di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan dan Papua ke setiap orang yang hadir untuk dibawa pulang dan dari pihak Kjri dibagikan baju kaos putih yang bertuliskan panggung gembira 2019.
Tenda Nikmat |
Selain tenda yang menjajakan kulinaris citrarasa ada juga tenda promosi pariwisata Indonesia dari Kjri Frankfurt, Holydays Travel, tenda EB Batik dari ibu Ester Bolten, tenda radiance of the east dari ibu Endang H.Little, tenda manik-manik dari perak oleh pak Agust Sitorus, dan setiap pengunjung dibagikan brosur-brosur yang mempromosikan pariwisata di tanah air.
Peragaan pembuatan tas tradisional dari Papua(Noken) |
Peragaan Mode show dari kelompok Papua yang diiringi lagu Aku Papua, Diru-diru nina o, Yamko rambe dan masih banyak lagu-lagu yang judulnya tidak disebutkan satu persatu disini. Peragaan kain ikat dari Nusa Tenggara Timur yang diiringi dengan lagu Bo lele bo, Flobamora dan Indonesia tanah air beta.
Penyerahan Door price oleh Konsul Jenderal RI |
Beliau juga berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Indonesia yang hadir dan yang sudah mendukung mensukseskan acara HUT RI Yang ke- 74 tahun 2019, rasa syukur dan kebanggaan bahwa masyarakat Indonesia di Frankfurt dan sekitarnya telah banyak melakukan hal-hal baik dan positive mendukung dengan sungguh-sungguh mengharumkan nama Indonesia di Jerman. Kerukunan dan kekompakan masyarakat Indonesia pada umumnya di Jerman dan sekitarnya sangat mencerminkan Bhineka Tunggal Ika.
Rombongan Bhayangkari Indonesia |
Dengan acara ini, diharapkan angka kunjungan wisatawan asing dari Eropa ke tanah air terus meningkat. Sebagai pemandu wisata, kami selalu berharap agar kegiatan seperti ini terus dilakukan, karena dengan demikian tempat dan obyek wisata di Indonesia bisa dikunjungi oleh wisatawan asing pun dalam negeri yang bisa juga berpengaruh positif terhadap kehidupan ekonomi masyarakat.( Dus Fotografer )